Siwalan
Buah Khas Ramadhan
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya,
Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer adalah sumber pendapatan
sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya bulan Ramadhan, bulan suci umat
islam, yang pada 2013 akan berlangsung mulai minggu pertama Juli sampai pekan
awal Agustus, ia harus mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap
mafhum di saat seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen
menjadi menu yang wajib ada.
Di saat Ramadhan Siti yang sudah
berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan lebih.
Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon siwalan–yang paling
diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah siwalan dan legen langsung
ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu sentra pohon siwalan di Pulau
Jawa dengan penyebaran pohon di 6 kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar,
Dukun, dan Panceng.
Setiap pekan dengan berbekal
Rp600.000 Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos
angkut sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir
dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah). Legennya
dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari paling tidak
Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.
Sejatinya pohon siwalan termasuk
keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini banyak tumbuh di
Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di
timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan Sulawesi
Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon siwalan sebagai
ikon flora negeri Angin Mamiri itu.
Nah buah siwalan berada dalam
tandan buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter
sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal dan
keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat dan sedikit
lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga. Setiap lembaga
tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah dan air nira.
Produktivitas pohon siwalan cukup
besar mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per
tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon. Biaya
perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.
Nah meskipun jarang kita bisa
menjumpai penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di
Surabaya maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di
dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter legen.
Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas. Fungsi gelas bisa
digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban disebut sebagai centak.
Lantas bagaimana legen tersebut
diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah tangkai
tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya cukup
sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu menjepitnya memakai
bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan menjadi buah.
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer
adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya
bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung
mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus
mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat
seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi
menu yang wajib ada.
Di saat Ramadhan Siti yang sudah
berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan
lebih. Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon
siwalan–yang paling diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah
siwalan dan legen langsung ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu
sentra pohon siwalan di Pulau Jawa dengan penyebaran pohon di 6
kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar, Dukun, dan Panceng.
Setiap pekan dengan berbekal Rp600.000
Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos angkut
sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir
dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah).
Legennya dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari
paling tidak Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.
Sejatinya pohon siwalan termasuk
keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini banyak tumbuh di Asia
Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di
timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan
Sulawesi Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon
siwalan sebagai ikon flora negeri Angin Mamiri itu.
Nah buah siwalan berada dalam tandan
buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter
sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal
dan keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat
dan sedikit lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga.
Setiap lembaga tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah
dan air nira.
Produktivitas pohon siwalan cukup besar
mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per
tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon.
Biaya perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.
Nah meskipun jarang kita bisa menjumpai
penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di Surabaya
maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di
dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter
legen. Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas.
Fungsi gelas bisa digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban
disebut sebagai centak.
Lantas bagaimana legen tersebut
diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah
tangkai tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya
cukup sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu
menjepitnya memakai bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan
menjadi buah.
- See more at: http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf
Bagi
Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer
adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya
bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung
mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus
mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat
seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi
menu yang wajib ada. - See more at:
http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer
adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya
bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung
mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus
mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat
seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi
menu yang wajib ada.
Di saat Ramadhan Siti yang sudah
berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan
lebih. Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon
siwalan–yang paling diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah
siwalan dan legen langsung ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu
sentra pohon siwalan di Pulau Jawa dengan penyebaran pohon di 6
kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar, Dukun, dan Panceng.
Setiap pekan dengan berbekal Rp600.000
Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos angkut
sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir
dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah).
Legennya dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari
paling tidak Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.
Sejatinya pohon siwalan termasuk
keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini banyak tumbuh di Asia
Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di
timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan
Sulawesi Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon
siwalan sebagai ikon flora negeri Angin Mamiri itu.
Nah buah siwalan berada dalam tandan
buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter
sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal
dan keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat
dan sedikit lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga.
Setiap lembaga tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah
dan air nira.
Produktivitas pohon siwalan cukup besar
mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per
tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon.
Biaya perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.
Nah meskipun jarang kita bisa menjumpai
penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di Surabaya
maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di
dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter
legen. Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas.
Fungsi gelas bisa digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban
disebut sebagai centak.
Lantas bagaimana legen tersebut
diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah
tangkai tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya
cukup sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu
menjepitnya memakai bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan
menjadi buah.
- See more at: http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf