Sabtu, 22 November 2008
NGUNDUH TETESING WOLO SIWALAN
NGUNDUH TETESING WOLO SIWALAN
Adalah Pak Sogi, petani Desa Boto Kecamatan Semanding Kabupaten Tuban Jawa Timur, sosok petani yang memiliki lahan tegalan atau lahan kering yang memiliki 12 pohon Siwalan sudah menghasilkan. Di lahannya Pak Sogi juga punya beberapa pohon Siwalan yang masih belum menghasilkan atau masih muda.
Pak Sogi dikenal sebagai petani yang ulet. Bersama istrinya yang juga sangat rajin Pak Sogi setiap harinya pagi dan sore memanjat Legen Siwalan dan kemudian langsung memasarkannya di sekitar desanya sampai ke ibukota kecamatan Merakurak kepada para pelanggannya. Legen adalah nira Siwalan yang masih baru dan tidak mengalami fermentasi lanjut sehingga rasanya masih manis. Legen bisa berubah menjadi tuak yang rasanya agak pahit karena sudah mengalami fermentasi lanjutan dan mengandung alkohol yang kadang bisa membuat mabuk.
Pak Sogi memang spesialis memproduksi Legen manis saja. Petani Legen memang sedikit lebih repot dari pada petani Tuak. Repotnya adalah pada penyiapan bumbung penampung nira, membawanya ke atas pohon kemudian membawa hasil nira bersama bumbungnya yang lama turun ke bawah. Repotnya masih bertambah dengan memndahkan nira dari bumbung ke jerigen atau botol-botol Aqua yang sudah disiapkan. Bumbung-bumbung ini disebut dengan bethek. Bethek penampung legen ini harus dicuci dan disterilkan.
Bedanya memang disini, kalau petani Tuak tidak perlu membawa bethek bila memanjat pohon dan memungut hasilnya. Seperti Pak Rosan sang Petani Tuak, dia cukup membawa jerigen plastik dan sekaligus penyaringnya untuk memenjat naik ke atas pohon Siwalan. Begitu sampai di atas pohon Pak Rosan melaksanakan pekerjaannya yaitu memindahkan nira yang sudah berupa Tuak Muda atau Tuak Manis ini dari bethek atau bumbung penampung nira ke jerigen. Bethek tidak perlu dibawa turun untuk dibersihkan, sebab sisa nira yang lama itulah yang bisa merangsang fermentasi sehingga bisa menjadi tuak.
Pak Sogi yang spesialis Legen ini memang sudah punya banyak langganan. Legen sangat enak kalau diminum langsung setelah baru diambil dari pohonnya. Makanya, biasanya Pak Sogi dan istrinya selalu siap mengantar Legen dengan menggunakan sepeda motor saat itu juga. Sebab kalau tidak langsung dikirim Legen bisa berubah rasa sedikit agak masam dan agak pahit setelah 4-5 jam.
Pagi itu Pak Sogi menerima SMS pesanan Legen Siwalan dari pelanggannya sebanyak 2 botol Aqua besar. Harga legen sampai di tempat pembelinya adalah Rp 4.000,- per botol Aqua atau sebanyak 1,5 liter. Pagi itu hasil panennya adalah hampir 10 liter dari 4 pohon yang dipanjatnya. Nanti sore Pak Sogi harus akan memanjat lagi dan mengambil legennya. Kalau sore hari biasanya ia memungut sekitar 5-6 liter dari 4 pohon yang ada wolonya. Jadi setiap harinya pada bulan seperti ini akan dipungut sekitar 15 liter legen, atau sekitar 10 botol, dari 4 pohon. Artinya rata-rata produksi niranya sekitar 3,75 liter per pohon per hari.
Pada saat penulis mengunjungi kebun siwalan Pak Sogi dan Pak Rosan adalah pada tanggal 16 Bulan November 2008, yang sudah hampir memasuki musim penghujan, dimana produksi nira sudah mulai menurun. Hari itu berarti Pak Sogi dapat menjual sekitar 10 botol legen ke pelanggannya. Dari legen ini dia memperoleh Rp 40.000,- pada hari itu. Ini lebih menguntungkan dari pada dijual di rumahnya atau dibeli oleh pedagang legen yang berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per botol Aqua.
Kalau Tuak harganya agak rendah yaitu sekitar Rp 1.500 per botol Aqua di tingkat petani. Kalau di tingkat konsumen harga tuak ini sekitar Rp 3.000 per botol Aqua. Pagi hari itu Pak Rosan memanen Tuak agak sedikit sekitar 5 liter dari 4 pohon yang dipungutnya. Padahal Pak Rosan memiliki pohon 12 pohon yang sudah menghasilkan. Sorenya nanti akan dipungut sekitar 3 literan. Jadi sehari pagi dan sore pada bulan-bulan seperti ini akan dihasilkan sekitar 8 liter dari 4 pohon, atau rata-rata 2 liter per pohon per hari.
Jadi kalau dibandingkan dari 2 (dua) orang petani ini, yaitu antara Pak Sogi yang menghasilkan Legen dan Pak Rosan yang menghasilkan Tuak, maka Pak Sogi lebih banyak penghasilannya. Petani Legen nampaknya lebih sejahtera dibanding dengan rata-rata petani Tuak, padahal jumlah pohon yang dimiliki sama yaitu 12 pohon. Kalau dilihat dari etos kerjanya memang Petani Legen rata-rata lebih giat bekerja dan berusaha, jaringan pelanggannya juga lebih beragam dan rata-rata keyakinan agamanya juga lebih bagus.
Rumah Pak Sogi sudah mulai ditembok dan berukuran besar. Sedang rumah Pak Rosan masih belum ditembok dan agak kecil. Pak Sogi juga mempunyai Mushollah di samping rumahnya. Dan kelihatannya memang pergaulan Pak Sogi lebih luas dan lebih cair. Jadi hampir bisa diambil kesimpulan bahwa Pak Sogi lebih sejahtera karena silaturahminya lebih luas sehingga rizkinya juga lebih banyak dan lebih berkecukupan.
Tuhan memberi rizki dari berbagai sumber, manusia bisa memperoleh rizki dengan usahanya dan dengan izinNya. Siwalan adalah sumber rizki, rizki yang semula bening dan jernih serta diberkahi, selanjutnya jangan dinodai dengan menjadi bercampur dengan noda dosa yang kotor dan tidak diridloiNya.
Astaghfirulloh il ‘Azhiim.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar