....Selamat untuk anakku Alifia Qurata Ayun wisuda Sarjana Farmasi....

Senin, 05 Agustus 2013

Siwalan Buah Khas Ramadhan

 siwalan
 
Siwalan Buah Khas Ramadhan
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi menu yang wajib ada.

Di saat Ramadhan Siti yang sudah berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan lebih. Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon siwalan–yang paling diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah siwalan dan legen langsung ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu sentra pohon siwalan di Pulau Jawa dengan penyebaran pohon di 6 kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar, Dukun, dan Panceng.

Setiap pekan dengan berbekal Rp600.000 Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos angkut sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah). Legennya dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari paling tidak Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.

Sejatinya pohon siwalan termasuk keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini  banyak tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan Sulawesi Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon siwalan sebagai ikon flora negeri Angin Mamiri itu.

Nah buah siwalan berada dalam tandan buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal dan keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat dan sedikit lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga. Setiap lembaga tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah dan air nira.

Produktivitas pohon siwalan cukup besar mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon. Biaya perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.

Nah meskipun jarang kita bisa menjumpai penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di Surabaya maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter legen. Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas. Fungsi gelas bisa digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban disebut sebagai centak. 

Lantas bagaimana legen tersebut diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah tangkai tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya cukup sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu menjepitnya memakai bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan menjadi buah.
 
Sumber :   http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi menu yang wajib ada.
Di saat Ramadhan Siti yang sudah berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan lebih. Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon siwalan–yang paling diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah siwalan dan legen langsung ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu sentra pohon siwalan di Pulau Jawa dengan penyebaran pohon di 6 kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar, Dukun, dan Panceng.
Setiap pekan dengan berbekal Rp600.000 Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos angkut sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah). Legennya dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari paling tidak Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.
Sejatinya pohon siwalan termasuk keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini  banyak tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan Sulawesi Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon siwalan sebagai ikon flora negeri Angin Mamiri itu.
Nah buah siwalan berada dalam tandan buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal dan keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat dan sedikit lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga. Setiap lembaga tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah dan air nira.
Produktivitas pohon siwalan cukup besar mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon. Biaya perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.
Nah meskipun jarang kita bisa menjumpai penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di Surabaya maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter legen. Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas. Fungsi gelas bisa digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban disebut sebagai centak.
Lantas bagaimana legen tersebut diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah tangkai tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya cukup sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu menjepitnya memakai bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan menjadi buah.
- See more at: http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf

Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi menu yang wajib ada. - See more at: http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf
Bagi Siti Maemaunah di Surabaya, Jawa Timur, siwalan Borassus flabellifer adalah sumber pendapatan sehari-hari. Namun begitu menjelang datangnya bulan Ramadhan, bulan suci umat islam, yang pada 2013 akan berlangsung mulai minggu pertama Juli sampai pekan awal Agustus, ia harus mempersiapkan siwalan lebih banyak dari biasanya. Harap mafhum di saat seperti itu buah siwalan dan air nira buah siwalan atau legen menjadi menu yang wajib ada.
Di saat Ramadhan Siti yang sudah berdagang buah siwalan sejak 10 tahun lalu bisa mendapatkan penghasilan lebih. Itu sudah termasuk menjual legen–cairan nira dari pohon siwalan–yang paling diminati konsumen. Siti biasanya akan membeli buah siwalan dan legen langsung ke Tuban, Jawa Timur. Tuban memang salah satu sentra pohon siwalan di Pulau Jawa dengan penyebaran pohon di 6 kecamatan seperti Kecamatan Kebonmas, Manyar, Dukun, dan Panceng.
Setiap pekan dengan berbekal Rp600.000 Siti dapat membawa 1 colt buah siwalan. Biaya itu di luar ongkos angkut sebesar Rp200.000. Ibu 2 anak itu membeli buah siwalan Rp6.500/10 butir dan menjualnya kembali Rp2.000/butir ukuran besar (isi 3 daging buah). Legennya dijual seharga Rp2.000–Rp2.500/botol isi 1,5 liter. Setiap hari paling tidak Siti dapat meraup omzet Rp75.000–Rp100.000.
Sejatinya pohon siwalan termasuk keluarga palma atau pinang-pinangan. Tumbuhan ini  banyak tumbuh di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Di tanahair pohon siwalan mudah dijumpai di timur Indonesia seperti di Jawa Timur, Madura, Bali, NTB, dan NTT, dan Sulawesi Selatan. Provinsi yang disebut terakhir bahkan menjadikan pohon siwalan sebagai ikon flora negeri Angin Mamiri itu.
Nah buah siwalan berada dalam tandan buah. Jumlahnya sekitar 20-an butir dengan sosok buah bulat berdiameter sampai 15 cm. Warna kulitnya hitam kecokelatan dengan tempurung tebal dan keras. Yang menarik buah siwalan yang banyak mengandung karbohidrat dan sedikit lemat itu pada setiap buah siwalannya memiliki tiga lembaga. Setiap lembaga tersebut memiliki tempurung yang di dalamnya daging buah dan air nira.
Produktivitas pohon siwalan cukup besar mencapai 22.000–23.000 buah atau setara 7.200–7.500 kg per hektar per tahun dan produksi air nira atau legen mencapai 5–6 liter setiap pohon. Biaya perawatan per hektar rata-rata mencapai Rp4-juta per tahun.
Nah meskipun jarang kita bisa menjumpai penjual legen memakai bambu atau bonjor di beberapa penjual di Surabaya maupun Tuban. Bonjor biasanya dibuat memakai bambu besar yang ruas di dalamnya telah dihilangkan. Setiap bonjor bisa menampung sampai 15 liter legen. Nah air legen dari bonjor biasanya dituangkan ke dalam gelas. Fungsi gelas bisa digantikan dengan bambu yang dalam bahasa Tuban disebut sebagai centak.
Lantas bagaimana legen tersebut diperoleh? Legen didapat dengan menyadap tangkai tandan bunga. Nah tangkai tandan bunga yang disadap biasanya tandan bunga jantan. Caranya cukup sederhana, terlebih dahulu memijat-mijat tandan bunga, lalu menjepitnya memakai bilah bambu. Tanda bunga betina biasanya dibiarkan menjadi buah.
- See more at: http://www.bebeja.com/siwalan-buah-khas-ramadhan/#sthash.o17yMPts.dpuf