....Selamat untuk anakku Alifia Qurata Ayun wisuda Sarjana Farmasi....

Minggu, 23 November 2008

MENGHITUNG PRODUKSI NIRA SIWALAN

MENGHITUNG PRODUKSI NIRA SIWALAN

Produksi nira pohon Siwalan ternyata berfluktuasi, pada bulan-bulan tertentu melimpah, dan pada saat yang lain surut atau istirahat. Dari desa Boto Tuban Jawa Timur, penulis menggali data produksi nira Siwalan dari 2 (dua) orang petani Siwalan, yaitu Pak Sogi dan Pak Rosan. Berikut ini cacatannya.

Ternyata fluktuasi produksi nira Siwalan ini sangat dipengaruhi oleh siklus musim kemarau dan penghujan. Memasuki musim penghujan seperti sekarang ini produksi nira Siwalan mulai menurun. Pada bulan Januari, Pebruari dan Maret pohon Siwalan istirahat berproduksi, artinya produksi niranya hampir tidak ada, kalau toh ada pohon yang berproduksi paling tidak lebih dari 17,5 % dari pohon dewasa yang ada..

Memasuki bulan April dan Mei musim hujan sudah berakhir, curah hujan sudah mulai kurang, sinar matahari sangat kuat memancarkan radiasinya dan angin lautnya juga semaki gencar membawa udara panas dan agak kering. Pohon Siwalan mulai berproduksi lagi antara 20 % sampai dengan 40 % dari jumlah pohon dewasa. Produksi nira dari pohon yang sudah berproduksi pada bulan April dan Mei ini rata-rata masih rendah, yaitu antara 1,5- 3 liter per pohon per hari.

Memasuki bulan Juni, Juli, Agustus sampai bulan September keadaan juga semakin kemarau, iklimnya panas anginnya juga kuat. Pada saat seperti ini hampir semua pohon Siwalan yang dewasa mengeluarkan niranya. Bisa dikatakan antara 80% sampai 100% dari pohon dewasa bisa diambil niranya. Produktifitas niranya juga paling tinggi pada masa-masa seperti ini. Dari sampel petani yang ada menunjukkan produktifitas nira dapat mencapai antara 3-6 liter per hari per pohon.

Kemudian produktifitas berangsur menurun lagi memasuki bulan Oktober, November dan Desember, prosentase jumlah pohon yang berproduksi juga menurun. Produktifitas nira Siwalan setiap hari dari setiap pohon hanya mencapai anatar 1.5 – 3 liter. Sedangkan prosentase jumlah pohonnya juga sudah menurun menjadi sekitar 20% sampai 50 %.

Data dia atas diambil dari 2 orang petani Siwalan di Boto Tuban Jawa Timur. Kalau disajikan dalam tabel kurang lebih menjadi data seperti di bawah ini.

Tabel Fluktuasi produksi nira Siwalan setiap bulan selama setahun

Bulan ----------Pohon yang produksi (%) -----------Produksi Nira (liter/hari/pohon)

Januari -------- 0 – 17,5 % --------------------------0.0 - 1,5
Pebruari ------  0 – 17,5 % --------------------------0.0 - 1,5
Maret --------- 0 – 17,5 % --------------------------0.0 - 1,5
April ----------20 – 40 % ---------------------------1,5 – 3.0
Mei -----------20 – 40 % ---------------------------1,5 – 3.0
Juni ---------- 80 – 100 % --------------------------2.5 - 5.0
Juli -----------80 – 100 % -------------------------- 2.5 - 5.0
Agustus ------ 80 – 100 % -------------------------- 2.5 - 5.0
September --- 80 – 100 % -------------------------- 2.5 - 5.0
Oktober ------ 20 – 50 % --------------------------- 1,5 – 3.0
November ---- 20 – 50 % --------------------------- 1,5 – 3.0
Desember -----20 – 50 % --------------------------- 1,5 – 3.0


Kalau setiap petani Siwalan memiliki 12 pohon, maka siklus dan jumlah produksi rata-ratanya adalah kurang lebih sebagai berikut :

Tabel Perkiraan produksi nira Siwalan setiap hari dari 12 pohon per petani

Bulan -------- Pohon yang produksi (pohon) ---------Produksi Nira (liter/hari)

Januari ------  0 – 2 pohon -------------------------- 0.0 - 3.0
Pebruari -----  0 – 2 pohon -------------------------- 0.0 - 3.0
Maret -------   0 – 2 pohon -------------------------- 0.0 - 3.0
April --------    2 - 5 pohon ---------------------------3.0 – 15
Mei ---------    2 - 5 pohon --------------------------- 3.0 - 15
Juni ---------   9 - 12 pohon ------------------------   22.5 - 60
Juli ---------    9 - 12 pohon ------------------------   22.5 - 60
Agustus ----     9 - 12 pohon ------------------------   22.5 - 60
September --   9 - 12 pohon ------------------------   22.5 - 60
Oktober ----     2 - 6 pohon -------------------------     3.0 –18
November ---- 2 - 6 pohon -------------------------     3.0 –18
Desember -----2 - 6 pohon -------------------------     3.0 –18

Angka di atas sebenarnya masih terlalu kasar untuk diproyeksikan dalam skala lebih besar. Misalkan kalau kita akan membangun kebun siwalan secara intensif dengan jarak 4 x 6 meter2, atau dengan populasi sebanyak 400 pohon per hektar. Seandainya kita menggunakan angka di atas untuk proyeksi 400 pohon dalam setiap hektarnya, akan diperoleh angka kasar perkiraan produksi sebagai berikut.

Tabel Perkiraan produksi nira Siwalan setiap hari dari 400 pohon per hektar

Bulan ------Pohon yang produksi --Produksi Nira (liter/ha) .
                                                                    (per hari)            (per bulan) .

Januari-----  0 – 70 pohon --------0.0 - 105 --------0.0 - 3.150
Pebruari ---  0 – 70 pohon --------0.0 - 105 --------0.0 - 3.150
Maret -----   0 – 70 pohon --------0.0 - 105 --------0.0 - 3.150
April -----   80 - 160 pohon -------140 - 480 ----- 4.200 - 14.400
Mei ------   80 - 160 pohon ------  140 - 480 ----- 4.200 - 14.400
Juni -----  360- 400 pohon ------  800 - 2000 -- 24.000 - 60.000
Juli -----   360- 400 pohon ------  800 - 2000 -- 24.000 - 60.000
Agustus --360- 400 pohon ------  800 - 2000 -- 24.000 - 60.000
September360- 400 pohon ------ 800 - 2000 -- 24.000 - 60.000
Oktober ---80 - 200 pohon ------ 140 - 600 ----- 4.200 - 18.000
November -80 - 200 pohon ------ 140 - 600 ----- 4.200 - 18.000
Desember -80 - 200 pohon ------  140 - 600 ----- 4.200 - 18.000

Jumlah-----------------------------------------      117.000 - 332.500

Dari proyeksi data di atas, produksi kebun Siwalan yang luasnya sehektar dengan populasi 400 pohon dapat diperkirakan akan menghasilkan nira Siwalan sebanyak antara 117.000 liter sampai dengan 332.500 liter per hektar per tahun. Kalau dirata-rata produksi setiap hari  dari kebun se hektar adalah 325 - 923 liter/hari/hektar  atau kalau dihitung rata-rata dari setiap pohon 0.81 – 2.3 liter/hari/pohon. 

Sebenarnya sangat menjanjikan, namun belum banyak orang yang berpikir untuk mengebunkan pohon yang relatif tahan terhadap kekeringan tersebut. Malah dikatakan sangat cocok bila iklim di daerah penanamannya adalah kering. Karena pada saat kemarau terbukti malah tinggi produksinya.

Pohon ini adalah anugerah untuk daerah-daerah yang musim kemaraunya relatif panjang seperti di daerah Indonesia Bagian Timur, NTT, NTB, Ambon, Maluku, Pantai Utara Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, dll.  

Bagaimana dengan nilai ekonominya? Tentu saja akan tergantung dari permintaan pasar atau pasar mana yang dituju. Kalau produknya hanya untuk minuman tuak tentu hal ini nggak ada prospek yang luas. Kalau nira Siwalan ini diolah menjadi gula organik, sirup siwalan, dll. yang pemasarannya sangat luas bahkan sampai ke manca negara, tentu akan sangat menjanjikan.

Hitung saja seandainya nilai jual nira Siwalan di tingkat petani itu Rp 1.000 per liter, maka potensi pendapatan pekebun Siwalan dengan kepemilikan 400 pohon atau 1 hektar adalah sekitar Rp 117 juta – Rp 332,5 juta per hektar per tahun. Kalau harga nira di tingkat petani dihagai Rp 2.000 per liter, maka pendapatan petani akan mencapai Rp 234 juta – 665 juta. Tentu ini pendapatan yang masih kotor, belum dikurangi biaya-biaya yang ditimbulkan selama setahun, seperti upah tenaga penyadap dan biaya operasional lainnya.

Bagaimana menurut Anda ?

1 komentar:

PUSTAKA ALTERNATIF mengatakan...

Ulasan singkat mengenai usaha kebun siwalan ini cukup menarik, dilihat dari sisi keuntungan ekonomi yang dihasilkan. Ada beberapa hal yang perlu ditambahkan, yaitu nilai ekonomi pohon siwalan bukan hanya dihasilkan dalam bentuk nira saja, tetapi juga buah dan daunnya (lontar). Buah siwalan bernilai ekonomis tinggi, karena banyak orang yang menggemari. Demikian juga dengan daunnya, yang bisa digunakan untuk bahan anyaman dan bahan baku ketupat yang berbai harum. Saya berasal dari Tuban dan kebetulan ayah saya banyak meninggalkan pohon siwalan saat ini, ikut merasakan manfaatnnya. Semua bagian pohon siwalan dapat dikatakan memiliki nilai ekonomi, termasuk pelepahnya, yang bisa digunakan kayu bakar. Hal ini umum digunakan di daerah Tuban.
Tapi ada satu hal yang perlu diketahui, budidaya pohon siwalan memerlukan waktu yang relatif lama, yaitu sekitar 8 tahun. Pada usia ini, pohon siwalan mulai berbunga (yang jantan mengeluarkan bunga jantan atau "wolo" menurut bahasa daerah Tuban dan yang betina mulai berbuah siwalan). Biasanya masih menunggu waktu 2 tahun atau pada tahun ketiga sejak berbunga untuk bisa memperoduksi nira. Jadi memerlukan waktu sekitar 10 tahun. Ini yang mungkin menjadikan pohon siwalan jarang dibudidayakan secara intensif dan sadar oleh petani. Ini juga disebabkan luas lahan petani umumnya tidak terlalu luas.

Sanaji
Dosen Manajemen FE Unesa